Paradigma dan Teori KeperawatanHildegard E. Peplau
BAB
I
Klien/manusia
Keperawatan Sehat- Sakit
Agen
Lingkungan
Hospes/manusia
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Sebuah
teori dan paradigma dalam keperawatan sangatlah penting bagi seorang perawat
karena menjadi dasar atau acuan untuk melakukan asuhan keperawatan. Teori
keperawatan sendiri terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, hal
tersebut dibuktikan dengan hadirnya begitu banyak teori keperawatan dari para
ahli. Teori keperawatan sama halnya dengan teori-teori lain yang terdiri dari
kumpulan konsep, definisi, dan asumsi yang ketiganya menjelaskan fenomena.
Perbedaannya hanya terletak pada fenomena yang diangkat oleh bidang ilmu
keperawatan, yaitu seputar manusia, sehat-sakit, lingkungan, dan keperawatan
itu sendiri.
Paradigma
atau fenomena keperawatan yang mencakup empat komponen yang telah dijelaskan
sebelumnya mengandung pengertian suatu cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Kusnanto, 2004) Dalam
hal ini, seorang perawat profesional harus benar-benar dapat memandang secara
utuh, memahami, dan mengaplikasikan berbagai teori keperawatan yang menjelaskan
paradigma. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar para
pembaca yang bergelut di bidang keperawatan dapat mengetahui secara lebih
mendalam mengenai teori-teori keperawatan―dalam hal ini kami berfokus pada
teori keperawatan Peplau. Setelah mengetahui dengan baik teori tersebut,
seorang perawat haruslah dapat mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada klien.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan di bahas tentang topik “Paradigma dan Teori KeperawatanHildegard E.
Peplau”.Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, terangkum
dalam pertanyaan berikut:
1. Bagaimana paradigma dan paradigm keperawatan ?
2. Bagaimana
komponen teori yang meliputi konsep,
definisi, asumsi, dan fenomena dapat terjadi?
3. Bagaimana
cara mengembangkan hubungan antara perawat dan klien menurut teori Peplau?
4. Bagaimanahal-hal
yang dapat dianut dalam teori keperawatan dalam konsep utama dari paradigma
keperawatan yang meliputi konsep
manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan menurut Peplau?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui paradigma dan paradigma keperawatan.
2. Mengetahui
hal-hal yang dapat terjadi dalam komponen teori yaitu konsep, definisi, asumsi,
dan fenomena.
3. Mengetahui
hubungan antara perawat dan klien menurut teori Peplau.
4. Mengetahui
isi konsep utama dari paradigma keperawatan
yang meliputi konsep manusia, konsep sehat-sakit, konsep lingkungan, dan konsep keperawatan menurut Peplau yang dianut dalam
teori keperawatan.
1.4.
Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dalam tiga bab,
yaitu bab pendahuluan, isi dan penutup. Dalam bab pendahuluan terdiri atas:
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika penulisan. Sedangkan
pada bab isi akan dibahas mengenai beberapa sub bab yang berkaitan dengan
paradigma dan teori keperawatan Hildegard E. Peplau. Selanjutnya pada bab
penutup terdiri atas: kesimpulan dan saran.
BAB II
ISI
2.1.
Definisi Paradigma
Istilah
paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn (1979) melalui bukunya yang
berjudul “The Structure Of Science
Revolution”. Khun mendefinisikan paradigma adalah sebagai model, konsep, pola atau pandangan
dunia. Pengertian lain dari paradigma menurut Potter dan Perry dalam bukunya Fundamental of Nursing diartikan sebagai
bagian dari ilmu, filosofi, dan teori yang dapat diterima yang diterapkan oleh
suatu disiplin.
Kata Paradigma berasal dari bahasa Yunani
yang berarti suatu model , teladan, dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti disamping
memperlihatkan dirinya.
Pengertian paradigma menurut Masterman diklasifikasikan dalam
3 pengertian paradigma :
1. Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu
yang menjadi pusat kajian ilmuwan.
2. Paradigmasosiologi yang mengacu pada suatu
kebiasaan sosial masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum.
3. Paradigma konstrak sebagai sesuatu yang
mendasari bangunan konsep dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma
pembangunan, paradigma pergerakan.
Masterman
sendiri merumuskan paradigma sebagai pandangan mendasar dari suatu ilmu yang
menjadi pokok persoalan yang dipelajari.Sementara itu, menurut Adam Smith (1975) Paradigma adalah suatu cara
dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.
Jadi, Pengertian paradigma adalah suatu
cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi
serta memilih tindakan atas fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu
diagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan suatu fenomena. Paradigma
mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.
2.2. Definisi
Paradigma Keperawatan
Dalam keperawatan, paradigma dapat menjadi
pandangan mengenai segala sesuatu tentang keperawatan itu sendiri yang dikenal
dengan sebutan paradigma keperawatan. “Paradigma keperawatan adalah suatu cara
pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan.” (Kusnanto, 2004)
Paradigma
keperawatan merupakan suatu pandangan global
yang dianut oleh mayoritas kelompok ilmiah (keperawatan) atau hubungan
berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara
teori tersebut guna mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan
sebagai kerangka kerja keperawatan. Paradigma keperawatan terdiri atas 4 unsur,
yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit dan lingkungan. Keempat unsur inilah
yang membedakan paradigma keperawatan dengan teori lain. Teori keperawatan
didasarkan pada keempat konsep tersebut, yakni konsep manusia, konsep sehat-sakit,
konsep lingkungan dan konsep keperawatan sebagai intinya. Hubungan keempat
komponen tersebut dapat dilihat pada gambar.
Lingkungan
Paradigma memiliki fungsi yaitu dapat menyikapi dan
menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan , praktik
, dan organisasi profesi. Selain itu dapat membantu individu dan masyarakat
untuk memahami dunia keperawatan dan membantu untuk memahami setiap fenomena
yang terjadi.
2.3. Konsep
Paradigma keperawatan
Konsep dapat disebut
juga ide-ide, yaitu kesan-kesan yang abstrak
dari lingkungan yang diorganisir melalui symbol-symbolyang nyata. Misalnya
konsep mengenai obyek, sifat-sifat dankejadian. Kumpulan dari konsep-konsep ini
akanmenyusun kerangka konseptual atau model konseptual yang tersusun dari
ide-ide abstrak, umum dan preposisi yangmenspesifikasi hubungan diantaranya.
Konsep keperawatan dikembangkan
berdasarkan filosofi dan paradigma keperawatan. Pada filosofi keperawatan
terdapat tiga unsur utama yang menjadi keyakinan dan proses berpikir kritis
dalam mengembangkan ilmu keperawatan, yaitu humanism, holism dan care. Dari ketiga unsur utama, diyakini
bahwa manusia merupakan pusat/sentral asuhan keperawatan dan care sebagai landasan utama dalam
praktik/asuhan keperawatan. Berdasarkan filosofi keperawatan, maka dikembangkan
empat konsep utama paradigma keperawatan, yaitu:
1. Manusia
3.
Kesehatan (Sehat-sakit)
2. Keperawatan 4. Lingkungan
2.3.1. Konsep
Manusia
Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa sering disebut sebagai makhluk yang paling sempurna karena memiliki
akal. Dalam keperawatan, manusia adalah sentral penerima asuhan keperawatan,
karena manusia memiliki kebutuhan yang kompleks, termasuk klien, keluarga, dan
komunitas. (Potter dan Perry, 2009).
Manusia dipandang sebaagi individu
yang bersifat holistik dan humanistik yang dalam kehidupannya selalu
berinteraksi dengan lingkungan, baik internal maupun eksternal yang akan
berpengaruh terhadap status kesehatannya, asuhan/pelayanan keperawatan. Asuhan/pelayanan
keperawatan merupakan praktik/tindakan keperawatan mandiri yang diberikan
karena adanya ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Manusia merupakan makhluk
bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh dalam arti merupakan satu kesatuan
utuhdari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai berbagai macam
kebutuhan sesuai dengan tingkatan perkembangannya. (Konsorsium Ilmu Kesehatan
1992).
Kebutuhan dasar berupa biologi,
psikologi, sosial, budaya dan spiritual. Manusia memiliki siklus hidup dan
mempunyai kapasitas untuk berpikir, belajar, bernalar, berkomunikasi dan
mengembangkan budaya serta nilai. Manusia berperan sebagai sasaran pelayanan
keperawtaan, berpotensi secara aktif terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya. Manusia adalah klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat.
Individu sebagai klien adalah anggota keluarga yang unik sebagai satu kesatuan
yang utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Kebutuhan
individu berdasarkan hierarki maslow:
a.
Aktualisasi diri d. Keamanan dan kenyamanan
b.
Harga diri e. Fisiologi
c. Mencintai
dan dicintai
Keluarga sebagai klien merupakan
sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus-menerus dan terjadi
interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun bersama-sama di dalam
lingkungan sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.
Mayarakat sebagia klien adalah
pranata yang terbentuk karena interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungannya, bersifat
dinamis yang terdiri dari individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam konsep paradigma keperawatan
manusia juga membahas bahwa seseorang manusia dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu:
1) Filsafat
hidup individu.
Sebagai contoh, seorang komunis
tentu mempunyai konsep yang dipengaruhi oleh falsafah negaranya yang berasaskan
komunis dan tidak meyakini adanya Tuhan. Hal itu tentunya berbeda dengan konsep
bangsa Indonesia yang mempunyai asas pancasila dan percaya terhadap Tuhan.
2) Pengalaman
hidup seseorang.
Setiap orang pasti memiliki
pengalaman yang menyenangkan, sedih, dan sebagainya. Misalnya, seseorang
berinteraksi dengan orang yang ramah, baik, dan sopan, akan berpendapat bahwa
manusia adalah makhluk yang memiliki rasa untuk berkomuunikasi dengan baik
terhadap sesama. Sebaliknya, jika seseorang pernah memiliki pengalaman yang
tidak menyenangkan selama berinteraksi dengan orang lain, maka ia mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang kejam dan tidak punya perasaan.
3) Pengetahuan
manusia tentang dirinya.
Pengetahuan manusia/seseorang
tentang dirinya sangat terbatas, salah satunya karena manusia juga memikirkan
hal-hal yang disekitarnya, misalnya harta dan lingkungan. Seseorang juga tidak
bisa mengenal dirinya sendiri secara utuh, terkadang orang lain atau sahabatnya
lebih mengenal pribadi orang tersebut secara keseluruhan. Hal itu disebabkan
bahwa seseorang tidak bisa menilai dirinya sendiri tanpa dikritik atau disaran
oleh orang lain.
Profesi keperawatan mempunyai
konsep tentang manusia yang memandang dan meyakini manusia sebagai makhluk yang
unik, sebagai sistem adaptif dan sebagai makhluk yang holistik. Manusia sebagai
makhluk yang unik mengandung pengertian bahwa manusia sebagai makhluk yang
mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Contohnya, ada dua orang yang memiliki sifat yang berbeda, si A memiliki sifat
yang pemalu dan pendiam, sedangkan si B memiliki sifat yang humoris.
Manusia
sebagai sistem adaptif/terbuka adalah memandang manusia sebagai sistem terbuka
yang dinamis yang memerlukan berbagai masukan dari subsistem maupun
suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem organ
(misalnya, sistem pernapasan dan sisitem kardiovaskuler). Suprasistem meliputi
keluarga, komunitas, masyarakat, dan sosial budaya didalam mempertahankan suatu
keadaan seimbang. Tujuan utama manusia sebagai sistem terbuka adalah sebagai
berikut:
a) tahap
bertahan serta berusaha untuk mencapai kebahagiaan lahir/batin,
b) dapat
memilihara/menampilkan dirinya dalam situasi apapun agar tetap sehat, dan
c) derajat
kesehatan manusia ditentukan oleh kemampuannya beradptasi dengan segala
pengaruh, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri.
Manusia sebagai makhluk holistik.
Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biologis,
psikologis, sosiologis, spritual, dan kultural. Hal itu berarti bahwa sebagai
perawat harus memperhatikan aspek tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap klien. Sebagai makhluk holistik, manusia dilihat dari aspek jasmani
dan rohani, unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan terus menerus menghadapi perubahan
lingkungan serta berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Manusia sebagai makhluk yang
holistik menjadi beberapa yaitu:
1. Manusia
sebagai makhluk biologis.
Manusia sebagai makhluk biologis
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) terdiri
atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi masing-masing,
b) diturunkan/
berkembang biak melalui jalan pembuahan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan sehingga ia dapat hamil, lalu melahirkan bayi yang kemudian tumbuh,
dan berkembang menjadi remaja, dewasa, tua, dan akhirnya meninggal, dan
c) untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, kebutuhan dasar yang paling utama adalah keyakinan kepada Tuhan,
sedangkan kebutuhan dasar biologis adalah fisiologis seperti oksigen, air,
makanan, dan sebagainya.
2. Manusia
makhluk psikologis.
Manusia sebagai makhluk psikologis
artinya manusia adalah makhluk yang berjiwa. Sebagai makhluk psikologis,
manusia mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki makhluk lain. Manusia
mempunyai kemampuan berpikir, kesadaran pribadi, dan perasaan. Selain itu,
manusia yang dapat berubah dari waktu kewaktu dan bertindak atas sesuatu
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Menurut Sigmun Freud, sebagai
makhluk psikologis, manusia memiliki/mempunyai kepribadian. Sifat kepribadian
itu yaitu:
a) ID
ID adalah bagian dari kepribadian
yang paling dasar dimiliki manusia. ID merupakan pusat dari semua proses
biologis atau jasmani. ID bisa dikatakan sebagai bentuk ekspresi yang sangat
ilmiah. ID merupakan sistem kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu
yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir.ID menurut Freud,
bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan, mencari kenikmatan dan menghindari yang
menyakitkan. Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit dan mendapatkan
kenikmatan, ID memiliki dua proses yaitu tindakan refleks dan proses primer.
Tindakan-tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan. Contohnya
bersin dan berkedip. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang
sedikit rumit. Misalnya, proses primer khyalan meyediakan makanan kepada orang
yang lapar.
b) Ego
Ego merupakan hasil pengembangan
dari ID. Aktivitas ego, bisa sadar, prasadar, dan tak sadar. Ego tugasnya
adalah menghindari ketidaksenangan dengan melawan atau mengatur pelepasan
dorongan naluri agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Perbedaan ego dan ID
yaitu ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme
pembelaan, sedangkan ID lebih mementingkan diri sendiri untuk memenuhi
kesenangan. Contoh sifat kepribadian ego yang bersifat sadar yaitu kaki Andi
terasa sakit ketika terkena semak semak berdiri. Contoh sifat kepribadian ego
yang bersifat prasadar yaitu supaya mengingat kembali nama seseorang yang telah
menolong saya ketika saya jatuh tadi siang.
c) Super
Ego
Super ego merupakan sifat
kepribadian yang berlandaskan aspek etis atau tidak etis, pantas atau tidak
pantas, salah atau benar. Pada prinsip super ego, pemenuhan kebuttuhan harus
selalu disesuaikan dengan nilai atau norma dimasyarakat termasuk keluarga.
Contoh superego yaitu seorang anak sudah dari kecil diajarkan oleh orang tuanya
tidak boleh mencuri.
3. Manusia
sebagai makhluk sosial.
Menurut Aristoteles, manusia adalah
makhluk zonpolitocon, yang artinya adalah manusia sebagi makhluk sosial yang
tidak bisa lepas dari orang lain dan selalu berinteraksi dengan mereka. Manusia
akan belajar dari lingkungan sekitarnya tentang norma, ajaran, peraturan,
kebiasaan, tingkah laku yang etis maupun tidak etis dan ragam budaya manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki kepentingan dengan orang lain,
mengabdi kepada kepentingan sosial dan tidak dapat lepas dari lingkungan
terutama lingkungan sosial. Contohnya, pada saat sakit, seseorang membuttuhkan
pertolongan orang lain, untuk membantu proses penyembuhan ataupun untuk
merawatnya.
4. Manusia
sebagai makhluk spritual.
Manusia sebagai makhluk spritual
mempunyai hubungan dengan kekuatan diluar dirinya, yaitu hubungan dengan Tuhan,
dan mempunyai keyakinan dalam hidupnya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan
berpengruh pada prilakunya. Contohnya, pak Yudi mengalami sakit tumor dan
beliau yakin selain para medis yang dapat membantunya dalam mengatasi
penyakitnya tersebut, beliau juga yakin bahwa Tuhan juga akan menyembuhkan
penyakitnya.
Manusia merupakan sebagai titik
sentral dari upaya pelayanan keperawatan dan sebagai penerima asuhan keperwatan
berhak mengambil keputusan bagi dirinya. Dalam kehidupannya manusia mempunyai
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi termasuk kebutuhan pengakuan harkat dan
martabat untuk mencapai keseimbangan sesuai dengan tahap-tahap yang selalu
berinteraksi dengan sesama dan berespon terhadap lingkungan, serta mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan integritas diri melalui adaptasi dengan
lingkungan sekitar.
Sedangkan menurut Hildegard E.Peplau
dalam konsep utama paradigma keperawatan pada point pertama yaitu manusia bahwa
manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil yang
berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan
oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi
yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk interpersonal.
2.3.2. Konsep
Keperawatan
Definisi keperawatan menurut ANA tahun 2003
dalam Potter dan Perry tahun 2009 adalah diagnosis dan pengobatan respons
manusia terhadap masalah kesehatan yang ada atau berpotensial ada. Sementara
definisi lain dari keperawatan yaitu suatu bentuk layanan kesehatan profesional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan. (Asmadi, 2008) Dalam praktiknya, seorang perawat ketika
memberikan asuhan keperawatan biasanya berpedoman kepada teori yang menjadi
aspek pengetahuan sehingga membantu perawat merawat klien dengan baik.
Lokakarya
Keperawatan Nasional (1983) menyebutkan bahwa keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan bentuk pelayanan
mencangkup bio psikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan
manusia. Pelayanan keperawatan diberikan secara humanistik, menghargai dan
menghormati martabat manusia, memberi perhatian pada klien serta menjunjung
tinggi keadilan bagi setiap manusia. Pelayanan keperawatan ditunjukan untuk,
ü Mempertahankan
kesehatan
ü Meningkatkan
kesehatan
ü Menolong
klien untuk mengatasi secara tepat masalah yang dihadapinya
Tujuan pelayanan keperawatan adalah
untuk mencapai kemandirian klien dalam meningkatkan status kesehatan secara
optimal dengan pencegahan sakit dan peningkatan keadaan sehat. Pelayanan
keperawatan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan keseahatan utama dalam
usaha mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan
setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif. Keperawatan mempelajari bentuk
dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia serta mempelajari berbagai
upaya untuk mencaapi kebutuhan dasara tersebut.
Keperawatan menurut Hildegard E.Pelau
yaitu proses interpersoal yang bermakna, bersifat tarapeutik. Keperawatan
menurut Peplau yaitu alat pendidikan yang kekuatannya bertujuan untuk mendukung
kekuatan seseorang dalam kreativitas langsung, produktivitas dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat.
2.3.3. Rentang
Sehat-Sakit
Pengertian kesehatan menurut Undang-undang
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomi. Sehat juga dapat diartikan sebagai keadaan seimbang
bio-psiko-sosio-spiritual yang dinamis yang memungkinkan individu untuk
menyesuaikan diri. Sebaliknya, sakit diartikan sebagai keadaan yang tidak
seimbang antara bio-psiko-sosio-spiritual, sebagai respons tubuh terhadap
interaksinya dengan lingkungan. (Kusnanto, 2004) Tingkat sehat-sakit pada
setiap klien berbeda-beda sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri
bagi seorang perawat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari
fisik, mental dan sosial tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan
(WHO). Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU no.23/92).
Sedangkan sakit merupakan keadaan terganggunyafungsi tubuh yang normal, baik
fungsi fisiologis maupun fungsi sosialnya. Faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap kesehatan, yaitu:
· Perawatan
diri yang baik
· Pencegahan
terhadap penyakit/cedera
· Menggunakan
potensial intelektual
· Manajemen
stress dan mengekspresikan emosi secara baik
· Hubungan
interpersonal yang baik
· Peduli
terhadap lingkungan dan kondisi sekitar
Peplau
sendiri mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses
makluk hidup secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat.
2.3.4. Konsep Lingkungan
Lingkungan adalah semua kondisi dan faktor
yang dapat memengaruhi kesehatan klien, baik yang berupa lingkungan internal
maupun eksternal. “Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai hubungan yang
dinamis dengan lingkungannya dan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan.”
(Kusnanto, 2004) Oleh karena itu, lingkungan akan berpengaruh besar terhadap
kesehatan klien dan kebutuhan pelayanan kesehatan, yang berupa pengaruh positif
maupun negatif.
Lingkungan adalah faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, mencangkup lingkungan interna dan lingkungan
eksterna. Lingkungan interna adalah lingkungan yang berasal dari dalam manusia
itu sendiri, mencangkup faktor genetik, mutasi biologi, jenis kelamin,
psikologis, faktor prediposisi terhadap penyakit dan faktor lingkungan. Sedangkan
lingkungan eksterna adalah lingkungan disekitar manusia yang mencangkup
lingkungan fisik dan biologis, lingkungan sosial, cultural dan spiritual. Untuk
memahami lingkungan, dapat digunakan model segitiga oleh Leavel, 1965.
Agen adalah faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit, contoh faktor biologi, mekanik dan kimiawi.
Hospes adalah makhluk hidup yang dapat tertular oleh penyakit. Lingkungan
adalah faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia dan agen.
Menurut
Peplau, lingkungan didefinisikan sebagai bentuk diluar organisme dalam konteks
kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan sehingga
menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi individu.
2.4. Definisi Teori dan Teori Keperawatan
Teori adalah sesuatu yang telah dibuktikan
kebenarannya sehingga menjadi fakta. (Sunaryo, 2004) Pengertian teori menurut
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey tahun 2000 dalam buku Sunaryo tahun 2004
adalah hipotesis (dugaan sementara) yang belum terbukti atau spekulasi tentang
kenyataan yang belum diketahui secara pasti. Teori dapat digunakan sebagai
suatu cara melihat melalui suatu kumpulan kenyataan dan konsep khusus secara
relatif dan proporsinya dalam menggambarkan atau hubungannya dengan konsep. (Fawcett, 2005
dalam Potter dan Perry, 2009).
Teori yang dapat memberikan pengetahuan
kepada seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatannya dikenal dengan
sebutan teori keperawatan. “Teori keperawatan adalah konseptualitas dari
beberapa aspek keperawatan untuk mencapai tujuan menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan, dan/atau pelaksanaan asuhan keperawatan.” (Meleis, 2006 dalam
Potter dan Perry, 2009). Teori keperawatan akan membantu seorang perawat untuk
melihat situasi klien, sebuah cara untuk mengolah dara, menganalisis dan
menginterpretasi sehingga perawat tersebut dapat membuat intervensi
keperawatan. (Potter dan Perry, 2009).
2.5. Komponen
dari Suatu Teori
Sebuah teori terdiri dari kumpulan konsep,
definisi, dan asumsi yang menjelaskan sebuah fenomena. “Teori menjelaskan
bagaimana elemen-elemen tersebut berhubungan dengan fenomena secara khusus.”
(Potter dan Perry, 2009) Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai
elemen-elemen dari sebuah teori.
1.
Elemen pertama yang terdapat dalam sebuah teori adalah konsep-konsep
yang saling berhubungan sehingga dapat menjelaskan sebuah fenomena. Pengertian
konsep adalah suatu representasi abstrak dan umum tentang sesuatu. (J.
Sudarminta, 2002) “Konsep tersebut bisa sederhana atau kompleks dan berhubungan
dengan objek atau kejadian yang berasal dari pengalaman nyata individu.” (Tomey
dan Alligood, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009)
2.
“Definisi diartikan sebagai keterangan yang merupakan uraian atau
penjelasan tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu
kata atau ungkapan tersebut.” (Jan Hendrik Rapar) Definisi berhubungan dengan
arti umum konsep dalam sebuah teori. (Potter & Perry, 2009)
3.
Asumsi diartikan sebagai pernyataan yang menjelaskan sifat konsep,
definisi, tujuan, hubungan, dan struktur teori. (Chinn dan Kramer, 2004;
Meleis, 2006 dalam Potter & Perry, 2009)
4.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai
hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah (Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia: 1997) Sementara pengertian lain dari fenomena adalah
sebuah aspek realitas yang dirasakan secara sadar atau dialami manusia.
(Meleis, 2006 dalam Potter & Perry, 2009).
2.6. Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau
Teori
keperawatan dapat membantu seorang perawat mengerti praktik keperawatan. Teori
keperawatan yang akan dibahas adalah teori Peplau. Hildegard E.Peplau lahir tahun 1909, yang dikenal sebagai “jiwa ibu menyusui,” satu-satunya
perawat untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian menjadi
presiden , Ia menjabat dua istilah di Dewan International Council Of Nurses
(ICN), Ia meninggal di usia 89 tahun.
Teori
Peplau yang menjelaskan salah satu komponen dari paradigma
keperawatan yaitu keperawatan itu sendiri. Teori Peplau (1952) mengemukakan
tentang “Psycho-dynamic nursing theory”menekankan
pentingnya hubungan antar manusia melalui pemahaman perilaku dapat
diidentifikasikan masalah seseorang dan
menerapkan prinsip-prinsip hubungan antara manusia pada masalah yang timbul. “Teori
Hildegard Peplau (1953) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif.” (Potter dan Perry, 2009). Teori Peplau adalah teori yang
mengembangkan teori interpersonal Sullivan dimana teori tersebut menganggap
bahwa perawat sebagai interpersonal dengan proses terapis (pengobatan). “Proses
interpersonal merupakan hubungan humanistik antara individu yang sakit, atau
memerlukan layanan kesehatan, dan perawat di dalam mengenali dan merespons
kebutuhan klien.” (Asmadi, 2005) Peplau mendefinisikan keperawatan sebagai
suatu proses yang signifikan, terapeutik, interpersonal dan suatu instrumen
edukatif, kekuatan yang mendewasakan yang bertujuan meningkatkan diri ke arah
peralihan kepribadian. (Paula J. Christensen, 1995) Peplau berkeyakinan bahwa ada banyak peran
yang dapat dilakukan perawat dimana peran tersebut dapat membantu memenuhi
kebutuhan klien, seperti konsultan, tutor, agen keamanan, mediator, administrator,
pengamat, dan peneliti. Selanjutnya, Peplau mengembangkan konsep hubungan
terapeutik perawat-pasien yang meliputi empat fase yaitu orientasi,
identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
1.
Fase orientasi merupakan fase menentukan atau menemukan masalah. Dalam fase ini
perawat dan klien bertemu sebagai orang yang belum saling mengenal, sehingga
penting sekali untuk perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien dan
keluarganya dalam mengidentifikasi situasi, menganalisis, mengenali,
memperjelas, menentukan masalah yang ada, kemudian menemukan cara untuk
memecahkan masalah tersebut.
2.
Fase identifikasi adalah fase yang mengawali fase kerja karena dimulai ketika
klien mulai merasa lebih kuat dengan mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
Namun, pada fase ini respons setiap klien berbeda satu sama lain. Untuk itu
perawat harus melakukan eksplorasi perasaan, membantu klien menghadapi
penyakitnya, menguatkan klien, dan memberi kepuasan yang diperlukan. Secara
keseluruhan, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang
diperlukan oleh klien. (Asmadi, 2005).
3.
Fase eksplorasi, perawat memberikan pelayanan keperawatan yang maksimal sesuai
dengan kebutuhan klien. Pada fase ini merupakan jalan keluar setelah
identifikasi bersama dan pemahaman terhadap masalah-masalah klien. Perawat dan
klien berdiskusi bersama mengenai informasi-informasi tentang penyembuhan
klien. Di fase ini, klien dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat
dan mendengarkan penjelasan dari perawat. Jadi, fase eksplorasi adalah fase
pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah pemecahan masalah.
4.
Fase resolusi mengacu pada fase final atau terminasi merupakan fase dimana
perawat dan klien berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga hubungan
terapeutik diantara mereka dapat berakhir.
Model
Peplau yang menggambarkan keperawatan sebagai suatu hubungan terapeutik sangat
berguna untuk mengkaji dan menganalisis hubungan perawat-klien. Hubungan
terapeutik tersebut dapat terjalin setelah melewati keempat fase yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut membuat Peplau yakin bahwa proses
interpersonal tersebut dapat meningkatkan klien ke arah peralihan kepribadian
dan kehidupan personal klien.
Dalam teori Peplau
terdapat asumsi eksplisit dan implisit. Asumsi eksplisit memberikan pandangan
bahwa:
ü Perawat
akan membuat pasien belajar ketika ia menerima penaganan perawatan.
ü Menjalankan
fungsi keperawatn dan pendidikan keperawatan dengan membantu perkembangan
pasien ke arah kedewasaan.
ü Keperawatan
menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode yang membimbing proses ke
resolusi dari masalah interpersonal.
Asumsi implisit yaitu
mempertegas profesi keperawatan, memiliki tanggung jawab legal dalam penggunaan
keperawatan secara efektif dan segala konsekuensinya kepada pasien.
Fenomena yang terjadi pada
teori Peplau merupakan fenomena individu dan dieksplorasi dalam hubungan
perawat-pasien. Thomas, Baker, dan Estes menggunakan konsep kecemasan Peplau
sebagai suatu makna untuk memecahkan perasaan marah secara konstruktif melalui
proses pembelajaran pada hubungan perawat-pasien (Tomey & Alligood,1998).
Perawat dalam hubungan
perawat-klien diharuskan menjalankan enam peran.Peran tersebut berada pada
setiap fase.
1.
Role of the stranger terjadi di awal perkenalan perawat
dengan klien. Klien cenderung menganggap perawat sebagai orang asing. Namun
perawat harus mampu memperlakukan klien secara sopan, tidak memberi penilaian
sepihak, tidak semena-mena, dan tetap berkasih sayang.
2.
Role of the resourse person menjadikan perawat sebagai narasumber.
Perawat memberi jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan klien, terutama
mengenai informasi kesehatan. Perawat juga menginformasikan rencana perawatan
yang akan diterapkannya pada klien.
3.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam
menggunakan informasi. Teaching role berupa penyuluhan instruksional yang
merupakan pemberian informasi sesuai literature pendidikan dan juga penyuluhan
eksperimental dimana informasi yang diutarakan berasal dari pengalaman perawat.
4.
Leadership role dimana perawat membantu klien dalam mengerjakan
tugasnya secara kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif klien. Perawat
harus mampu menunjukkan suasana demokratis dalam asuhan keperawatan.
5.
Surrogate role terjadi ketika klien menganggap perawat sebagai
walinya. Perawat berperan untuk membimbing klien mengenali kondisinya sendiri
dan membedakan dengan sosok yang klien bayangkan, serta membantu klien
membedakan diri dengan sosok yang ia bayangkan.
6.
Counseling role berperan dalam membantu klien mengingat dan
memahami sepenuhnya apa yang tengah terjadi padanya saat itu. Sehingga klien
dapat mengambil pelajaran atas apa yang terjadi padanya agar tidak terulang di
masa depan.
Seperti teori
keperawatan pada umumnya, teori keperawatan Peplau juga dibagi menjadi empat
komponen, yaitu komponen keperawatan, manusia, kesehatan, dan lingkungan.
1.
Keperawatan
menurut Peplau adalah sebuah proses yang signifikan, bersifat terapeutik, dan
interpersonal (Asmadi, 2008). Keperawatan merupakan sarana edukatif yang
mendewasakan dan mendorong kepribadian klien dalam arah yang kreatif,
konstruktif, produktif, personal dan kehidupan komunitas.
2.
Individu
menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk berusaha
mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan. (Asmadi, 2008). Peplau
menganggap individu sebagai manusia yang hidup dalam ekuilibrium yang tidak
stabil, dimana kondisinya dapat berubah sewaktu-waktu dengan penyebab yang
beragam.
3.
Kesehatan
didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah simbol yang menyatakan secara tidak
langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang
terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam
kehidupan pribadi atau komunitas (Asmadi, 2008). Kesehatan sebagai simbol yang
menyatakan perkembangan kepribadian klien dalam proses pencapaian kedewasaan.
Perawat seperti yang disebutkan dalam fase hubungan perawat-klien berperan
untuk membantu klien menghadapi rasa cemas dan putus asanya sehingga melalui semua
itu diharapkan klien mampu menjadi lebih dewasa. Perawat memfasilitasi dan
melatih klien untuk menjadi mandiri dalam menghadapi penyakitnya. Perawat
berperan besar dalam memberdayakan dan memandirikan klien. Kesehatan merupakan
simbol dari pendewasaan klien menjadi lebih mandiri, produktif dan kreatif
dalam kehidupannya.
4.
Lingkungan
merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada dalam konteks
kultural(Asmadi, 2008). Lingkungan menurut Peplau adalah kebudayaan dan adat
istiadat klien saat harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit Peplau
tidak terlalu berfokus pada lingkungan yang memengaruhi status kesehatan klien,
melainkan kondisi psikologis dalam diri klien.
BAB
III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
-
Paradigma adalah suatu
cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi
serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.
-
Paradigma
keperawatan merupakan suatu pandangan global dari mayoritas kelompok ilmiah
(keperawatan) atau hubungan berbagai teori yang tersusun untuk mengembangkan
model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja
keperawatan.
-
Paradigma keperawatan
terdiri atas 4 unsur, yaitu keperawatan, manusia, sehat-sakit dan lingkungan.
-
Teori
adalah sebuah ide atau sekumpulan ide yang ditujukan untuk menjelaskan
fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa.
-
Teori
Keperawatan adalah pernyataan terstruktur dan sistematis yang dapat menjelaskan
suatu fenomena, memprediksi dan sekaligus mengontrol sesuai dengan
variable-variabel dari disiplin ilmu keperawatan.
-
Komponen
dari teori antara lain, konsep, definisi, asumsi, dan fenomena.
-
Teori Hildegard Peplau
(1953) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif.
-
Teori Peplau (1952)
mengemukakan tentang “Psycho-dynamic
nursing theory” menekankan pentingnya hubungan antar manusia melalui
pemahaman perilaku dapat diidentifikasikan
masalah seseorang dan menerapkan prinsip-prinsip hubungan antara manusia
pada masalah yang timbul.
-
Peplau berkeyakinan
bahwa ada banyak peran yang dapat dilakukan perawat dimana peran tersebut dapat
membantu memenuhi kebutuhan klien, seperti konsultan, tutor, agen keamanan,
mediator, administrator, pengamat, dan peneliti.
-
Peplau mengembangkan
konsep hubungan terapeutik perawat-pasien yang meliputi empat fase yaitu
orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi.
3.2Saran
Bagi mahasiswa calon perawat
diharapkan dapat memahami paradigma keperawatan beserta konsepnya dan juga
teori keperawatan agar bisa mengaplikasikannya pada saat bertemu dengan
pasien/klien yang berbeda-beda di rumah sakit nanti.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Bastable, S. B.
2002. Perawat Sebagai Pendidik:
Prinsip-Prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran.
Jakarta: EGC. Diambil dari www. books. google. com.
Christensen,
P.J., Kenney, J.W. 1995. Nursing Process:
Application of Conceptual
Models, 4th Ed.
(Eds) (Egi Komara Yudha). Jakarta: EGC.
Hidayat,A.A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997.
http://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 23 Februari 2014 pukul 19.42 WIB.
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: EGC.
Nursalam, Efendi Ferri. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.
2009. Fundamental of Nursing. (Eds)
(Dripa Sjabana). Jakarta: Salemba Medika.
Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran
Sistematis.
Sudarminta, J. 2002 Epistemologi Dasar: Pengantar Filsafat
Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Tomey A.M.,
danAlligood, M.R. 2002. Nursing Theorist
and Their Work. (5thed.). St. Louis: Mosby.
Videback, Sheila L. 2001. Psychiatric Mental Health Nursing. (Eds)
(Pamilih Eko Karyuni). Jakarta: EGC.
Comments