Gara-Gara Tabrakan
GARA-GARA TABRAKAN
Karena
dian sudah tidak mampu membendung lagi perasaannya, maka ia memberanikan diri
untuk mengungkapkan perasaannya itu pada Dina. Seorang gadis cantik dan solehah
yang selama ini ia cintai.
“Din,
sebenarnya sudah lama aku mememdam perasaan labih padamu, dan sekarang aku
sudah tak mampu membendungnya lagi, maukah kamu menjadi kekasih hatiku?”
Dina
hanya terdiam, karena sebenarnya dia pun
sangat mencintai Dian.
“Baiklah
mungkin kamu kaget dengan pertanyaanku”. Ucap Dian sambil beranjak pergi.
“Tunggu....!!!”
Dini menghalanginya untuk pergi, “jika kamu benar-benar mencintaiku, maka
tunggulah jawaban dariku hingga aku lulus SMA nanti.
Sontak Dian kaget dengan ucapan Dina itu.
Bagaimana tidak, sekarang mereka masih duduk di bangku kelas satu. itu tandanya
ia harus menunggu selama tiga tahun. Itu sama saja dengan menolak secara
pelan-pelan. Tapi Dian tetap yakin akan cintanya, dan ia bertekad untuk mau
menunggu Dina sampai tiba saatnya nanti.
Satu
taun kemudian
Dian
mengendarai motor dengan kurang konsentrasi, karena dia teringat akan janjinya
pada Dina. Rasanya syarat yang di berikan Dina padanya terlalu berat, walaupun
satu tahun telah berjalan, tapi dia merasa hampir putus asa.
Tiba-tiba
“daar.....”. Dian menabrak seorang gadis, dia panik dan berteriak minta tolong.
Hingga akhirnya gadis itu di bawanya ke rumah sakit.
Setelah
menjalani beberapa proses pengobatan dari dokter, gadis itu sadar, dan Dian pun
segera meminta maaf atas perbuatannya dan dia berjanji akan membayar segala
pengobatan gadis itu sampai sembuh.
Beberapa
hari kemudian setelah kejadian itu, tiba-tiba ada seorang gadis pincang dengan
tongkatnya menhampiri Dian dan memanggil-manggilnya.
“kak...
kakak.. tunggu..!!!”.
“saya??” jawab dian ragu.
“iya kaka, kak masih ingat kan sama gadis
tempo hari yang menjadi korban tabrakan”.
“oh
ya aku ingat,” Dian kaget dan sedikit malu, karena yang menabrak gadis itu dia
sendiri . “kamu? Ternyata kita satu sekolah, gimana kondisi kamu sekarang?”.
Jawab Dian yang tidak menyangka ternyata gadis itu adalah adik kelasnya
sendiri.
“
ya inilah aku sekarang, untuk sementara tongkat ini harus menemaniku kemana pun
aku pergi. Oh ya.. kita belum sempat kenalan, kenalin namaku indah!!”
“nama
ku Dian, Indah maaf ya..! atas perbuatan ku tempo hari”.
“sudah
lah kak. Semuanya telah terjadi, dan aku telah memaafkan kakak”.
Begitu
banyak yang mereka perbincangkan, dan ternyata itu menjadi awal dari kedekatan
mereka. Kini mereka semakin dekat, setiap hari Dian selalu mengantar pulang Indah, karena dalam hatinya ia masih merasa bersalah.
Pulang
bareng, jajan bareng, dan bahkan sekali-kali belajar bareng, karena indah
meminta mengajarkan sesuatu yang tidak ia pahami kepada Dian. Semua aktifitas
mereka itu, ternyata secara perlahan membuat indah menaruh perasaan lebih
terhadap Dian. Namun dengan tanpa diketahui Indan, Dian masih tetap komitmen
dengan janjinya kepada Dina. Dan Dian pun hanya menganggap Indah sebagai
adiknya sendiri.
Hingga
pada suatu hari
“kak,
apa kak tidak mengerti akan perasaanku terhadap ka selama ini?”
“maksudnya?”
tanya Dian dengan nada heran.
“kak,
aku mencintai kakak. Aku tahu aku tak pantas mengatakan ini, tapi terserah kakak
mau anggap aku apa, tapi yang jelas, sekarang aku lega udah bisa mengungkapkan
semua isi hati aku sama kakak”. Ujar indah dengan sedikit gugup.
“indah,
adik kakak yang paling cantik, kakak gak tahu kalau ternyata kedekatan kita
selama ini membuamu menaruh perasaan lebih sama kakak. Tapi maaf ndah. Selama
ini, kakak hanya menganggapmu sebagai adik kakak, karena kak juga telah
mempunyai kekasih yang selalu menunggu kakak selama ini. Dan kakak juga tidak
mau jika persahabatan kita menjadi hancur hanya dengan kata cinta. Kakak lebih
nyaman jika kak menjadi teman terbaikmu, dan anggaplah kakak sebagai kakak mu
sendiri. Kamu mengarti maksud kakak kan?”
Indah
pun menarima jawaban Dian dan mengerti maksud Dian. Dan akhirnya hubungan
mereka pun tetap brjalan walaupun hanya sebagai kakak adik. Hingga pada suatu
hari indah harus pindah sekolah, ia ikut orang tuanya yang pindah rumah karena
tuntutan pekerjaan.
Tiga
taun penantian, berlalu
Semua
siswa kelas XII berkumpul di depan mading, melihat pengumuman kelulusan mereka.
Selama tiga tahun mereka menuntut ilmu, saat itu lah mereka akan mengetahui
hasil belajar mereka selama itu. Ada yan menagis saking harunya, ada yang
bersorak, ada yang langsung lari mencoret-coret baju, tapi ada pula yang
menangis sedih, karena hasilnya mengecewakan dan bahkan ada junga yang sampai
pingsan.
Saat
itu, Dina dan Dian juga menerima pengumuman kelulusan mereka.
“Din,
bagaimana hasilnya?”
“aku
lulus Yan...”. jawab Dina gembira dan tanpa sadai Dina memeluk Dian.
“Syukurlah,
ternyata perjuangan kita selama ini tidak sia-sia”. Ucap Dian yang langsung
membalas pelukan Dina.
Dina
langsung melepaskan pelukan Dian dengan agak menyentak. “maaf, tadi aku
refleks, karena saking senengnya”.
“iya
gak pa pa”. Dian tersenyum dan melanjutkan penbicaraannya.”Din, kamu masih
ingat kan dengan janji mu?”.
“janji..?
janji yang mana?”
‘Janji
kamu tiga yahun yang lalu, kamu....”.
“iya,
aku tidak akan pernah melupakan janjiku”. Ujar Dina memotong pembicaraan
Dian.”terima kasih kamu telah menunggu ku, kamu telah berhasil menunjukan
keseriusa cintamu pdaku”
“lalu....?
ucap Dian dengan nada tak sabar.
Tiba-tiba semuanya
menjadi hening, tanpa suara. Dan tanpa terasa, air mata Dina menetes.
“kenapa
kamu diam? Dan kenapa kamu menangis?”. Tanya Dian dengan terheran-heran.
“maafkan
aku yan.. maafkan aku, bukannya aku bermaksud mengecewakanmu, bukan maksudku
membuat hatimu hancur, bukan... semua itu bukan maksudku”. Air mata Dina sudah
tak dapat terbendung lagi.
“apa
maksudmu..? sekarang aku tanya apa kau mencintaiku?”
“sebenarnya semenjak
pertemuan kita, aku telah menaruh rasa suka terhadapmu yan”.
“lalu
kenapa?”
“sekarang aku telah di
jodohkan, dengan lelaki pilihan orang tuaku”.
Dian
kaget, hatinya hancur, dalam hatinya ingin sekali dia berteriak. Ingin sekali
dia memaki dirinya sendiri. Rasa kecewa, sedih marah, semuanya ada dalam
hatinya saat itu.
“maafkan
aku Yan, aku juga tak mengira semuanya akan seperti ini, aku mengetahuinya
baru-baru ini. Jika aku tahu sebelumnya akan seperti ini, aku tak akan pernah
menyuruhmu menunggu. Dan sekarang aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku tak
mungkin menolak keinginan orang tuaku, apalagi ibuku yang sekarang ini sedang
sakit-sakitan. Maafkan aku Yan.. maaf kan aku”. Dina menjelaskan sambil tanpa
hentinya ia menangis tersedu-sedu.
“iyah...
aku mengerti, aku tak menyalahkan siapa pun, karena ini memang salahku. Kenapa
aku harus mencintaimu..? ini salahku...”. Dian terus menyalahkan dirinya
sendiri. Sambil berpaling dan meninggalkan tempat yang akan menjadi kenangan
pahitnya.
Dina
hanya bisa menangis. Dan hanya bisa melihat Dian yang berjalan semakin jauh,
jauh, trus jauh hingga akhirnya hilang di pandangannya. Dia tak mampu menahan
Dian untuk pergi.
Untuk
pertama kalinya Dian jatuh cinta, dan pertama kalinya juga, dia harus merasakan
sakit yang menggores hatinya begitu dalam. Harusnya hari ini dia bahagia,
karena dia telah berhasil lulus ujian. Namun, perasaan patah hatina mengalahkan
semua. Dia terus berjalan tanpa tujuan. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri.
“kenapa?kenapa semua ini terjadi? Ini salah ku, salahku yang telah
mencintainya”.Dan tanpa henti air matanya menetes satu-demi satu.
Dan
tiba-tiba, “bruugg..”. dia menabrak seoran gadis.
“maaf...
maaf bak, saya tak sengaja”. Dian meminta maaf, sambil sibuk membereskan tas
dan bukunya yang berserakan.
“Kak
Iyan....”. ucap gadis itu.
Dian
kaget mendengar suara itu, rasanya dia mengenalnya. Dia langsung menolehkan
mukanya kepada gadis itu dan “Indah..., Indah.., ini Indah...?? apa kabarmu?
Wah sekarang kamu udah gede yah..?”. tiba-tiba perasaan sedihnya tadi
teralihkan dengan melihat Indah di hadapannya. Indah, sahabatnya yang sempat
menhilang.
“iya
kak.. ini aku Indah, adikmu yang paling manis itu loh...”. ucap indah girang.
“tak ku sangka kita bertemu lagi di sini, di tempat dulu kakak pernah nabrak
aku”.
Pembicaraan
mereka terus berlanjut. Sampai pada akhirnya, tak lama setelah pertemuan itu,
mereka menjadi sepasang kekasih, sepasang kekasih, yang bahagia untuk
selamanya.
THE END
Comments