LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN JAGUNG
LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN JAGUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saat ini jagung merupakan produk biji-bijian ketiga
yang paling banyak diperdagangkan setelah gandum dan beras. Tanaman ini
digunakan sebagai sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin dan Afrika,
namun karena harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia jagung telah
menjadi bahan baku yang paling penting untuk pakan ternak dan beberapa bahan
industri. Jagung (Zea mays, keluarga L, Poaceae) dikenal sebagai tanaman
yang serbaguna, tumbuh di segala macam kondisi tanah, ketinggian dan kesuburan,
yang menjelaskan adaptasi menyeluruh dan berbagai varietas yang dimilikinya.
Dalam tujuan pembudidayaannya, jagung dibudidayakan dalam bentuk jagung manis,
jagung pipilan, bahkan jagung untuk sayur (baby corn).
Dalam mempelajari teknik budidaya dan produksi tanaman
jagung, maka kami selaku mahasiswa Agribisnis, melaksanakan kuliah praktikum
Teknologi Produksi Tanaman 1 agar dapat mengerti bagaimana cara teknik produksi
tanaman jagung yang benar, serta meneliti faktor-faktor pendukung pertumbuhan
pada tanaman jagung, dan membandingkan hasil dari pemberian perlakuan yang
berbeda pada objek praktikum.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
teknik atau cara membudidayakan jagung ?
2. Apa pengaruh pupuk organik dan anorganik dalam proses pertumbuhan dan hasil
produksi jagung ?
3. Apa pengaruh penggunaan mulsa pada proses pertumbuhan jagung ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui teknik
dan cara membudidayakan jagung.
2.
Mengidentifikasi
pengaruh pupuk organik dan anorganik pada proses pertumbuhan dan hasil produksi
jagung.
3.
Mengidentifikasi
pengaruh penggunaan mulsa pada proses pertumbuhan jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan
termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat
kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan
tertentu. Siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari
siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung
tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada
bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.
Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat
inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan
suhu.
Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan jagung sangat
membantu dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman, terkait dengan optimasi
perlakukan agronomis. Cekaman air (kelebihan dan kekurangan), cekaman hara
(defisiensi dan keracunan), terkena herbisida atau serangan hama dan penyakit
akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal, atau tidak sesuai dengan
morfologi tanaman. Hasil dan bobot biomas jagung yang tinggi akan diperoleh
jika pertumbuhan tanaman optimal. Untuk itu diperlukan pengelolaan hara, air,
dan tanaman dengan tepat. Pengelolaan hara dan tanaman yang mencakup pemupukan
(waktu dan takaran), pengairan, dan pengendalian gulma harus sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun
tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3m, ada varietas yang
dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat
menghasilkan anakan (seperti padi). Pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus
oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah
tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang
sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana
sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang
batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang
beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang.
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan
satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan
disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk
penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat
ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih dari itu,
saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti
fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer
jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan.
B.
Pertumbuhan Dan
Perkecambahan
Secara umum
jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap
pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung
dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat
proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan
sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase
mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum
keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun
yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah
silking sampai masak fisiologis. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika
radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air
benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999).
Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses
imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi
yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan
protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam
lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif.
Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian
radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal
lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule
tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan
penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul
ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumula muncul dari
koleoptil dan menembus permukaan tanah. Benih jagung umumnya ditanam pada
kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5
hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah
ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan
berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau
lebih. Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang
terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan tanaman,
akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif
lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.
C. Sayarat Tumbuh
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.
Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak
memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya
humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000-1800 mdpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 mdpl.
D. Pupuk dan
Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke tanah untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Pemupukan adalah usaha untuk memberikan pupuk ke
tanah dan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Dalam proses penanaman, pemupukan
bisa dilakukan lebih dari sekali. Pupuk yang pertama kali digunakan sebelum
penanaman disebut pupuk dasar, dan setelah itu baru dilakukan pemupukan
susulan. Pupuk terbagi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik yaitu pupuk alami yang berasal dari makhluk hidup maupun sisa-sisa
makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Pupuk organik yang sering digunakan
yaitu pupuk kandang dan kompos. Sedangkan Pupuk Organik Cair (POC) merupakan
pupuk organik yang dihasilkan melalui proses fermentasi dan disempurnakan
dengan teknologi pengayaan/penambahan nutrisi. POC mengandung unsur hara
esensial, juga berbagai mikroorganisme bermanfaat yang mampu meningkatkan dan
menjaga kesuburan tanah, menekan pertumbuhan bakteri penyakit, sehingga akar,
daun, batang dan bunga akan tumbuh dan berkembang secara baik dan optimal.
Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur
dengan sisa makanan (Soepardi, 1983). Menurut Syarief (1990), pupuk kandang
memiliki beberapa sifat antara lain: 1) merupakan humus yang dapat
menjaga/mempertahankan struktur tanah, 2) sebagai sumber hara N, P, dan K yang
amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, 3) menaikkan daya
menahan air, 4) banyak mengandung mikroorganisme yang dapat mensintesa
senyawa-senyawa tertentu sehingga berguna bagi tanaman.
Sedangkan untuk pupuk anorganik yaitu pupuk yang
berasal dari bahan-bahan kimia yang dibuat untuk menambahkan kebutuhan
unsur hara yang kurang di dalam tanah. Beberapa contoh pupuk anorganik
yang sering digunakan antara lain Pupuk NPK, KCl, dan Sp36. Pupuk NPK merupakan
pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua jenis. Dengan
kandungan unsur hara Nitrogen 15 % dalam bentuk NH3, fosfor 15 %
dalam bentuk P2O5, dan kalium 15 % dalam bentuk K2O.
Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah
keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.(Hardjowigeno, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Judul Laporan
Laporan praktikum ini kami beri judul “Laporan
Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan serta hasil Produksi pada Tanaman
Jagung”
B. Waktu dan
Tempat
Dalam proses praktikum Teknologi Produksi Tanaman,
kami diberikan bimbingan oleh guru pembimbing praktikum di kebun praktikum
Program Studi Biologi SMAN Cikijing. Proses budidaya produksi tanaman
jagung ini berlangsung dari tanggal 6 September 2013 hingga penghitungan data sampai
pada tanggal 1 Oktober 2013.
C. Teknis Budidaya
1.
Pengolahan Tanah
·
pengolahan
tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah.
·
dibuat alur
tanaman dengan jarak 20 cm,
sebanyak empat alur dalam area seluas 5 x 4 m. Dan kelompok kami adalah kelompok ke-3. Di mana dalam kelas kami terdiri 5 kelompok.
·
kedalaman
mencangkul kurang lebih 20 cm, untuk menggemburkan tanah dan membuat aerasi.
2.
Persiapan Tanam
Untuk persiapan tanam, perlakuan pada lahan adalah
sebagai berikut:
a). Kelompok 1 : Pupuk kandang (organik), dengan massa
100 gr
b). Kelompok 2 : Pupuk kandang (organik), dengan massa
150 gr
c). Kelompok 3 : Pupuk kandang (organik), dengan massa
200 gr
d). Kelompok 4 (kelompok kami) : Pupuk kandang
(organik), dengan massa 250 gr.
e). Kelompok 5 : Pupuk Kandang (organik), dengan massa
300 gr
3.
Pembibitan
Bibit yang digunakan telah
disediakan oleh guru pembimbing, benih jagung manis dalam kemasan. Bibit jagung
tersebut berwarna kuning kemerahan yang telah dilapisi rhidomil yang
dapat menjaga bibit dalam proses perkecambahan.
4.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah agar
benih dapat ditanam dengan baik, kemudian ditimbun. Untuk setiap lubang tanam,
diberikan 2 benih jagung. Jarak tanam untuk setiap lubang tanam yaitu 10 x 20 cm
dengan kedalaman lunbang tanam 20 cm, untuk area tanam 4 x 4 m. Setelah benih
ditanam, maka benih harus rutin disiram setiap hari untuk membantu proses
imbibisi pada proses perkecambahan.
5.
Penyulaman
Setelah bibit ditanam dan tumbuh, seminggu kemudian
dilakukan penyulaman dengan cara memeriksa tanaman jagung yang tumbuh dan yang
tidak. Untuk tanaman jagung yang tumbuh 2 pohon perlubang tanam, maka diambil 1
pohon untuk mengisi lubang tanam yang tidak tumbuh pohon jagung, hingga dalam
lahan tersebut semua lubang tanam dapat terisi semua dengan pohon jagung.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel pertumbuhan dan perkembangan tanaman Jagung (dengan pupuk organik dan
mulsa PHP).
1). Tanaman Jagung Tanggal 6 September 2013
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
0
|
0
|
|
2
|
0
|
0
|
|
3
|
0
|
0
|
|
4
|
0
|
0
|
|
5
|
0
|
0
|
|
6
|
0
|
0
|
|
7
|
0
|
0
|
|
8
|
0
|
0
|
|
9
|
0
|
0
|
|
10
|
0
|
0
|
|
11
|
0
|
0
|
|
12
|
0
|
0
|
|
Rata rata
|
0
|
0
|
2). Tanaman
Jagung Tanggal 11 September 2013, menyulam, belum mengukur.
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
2
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
3
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
4
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
5
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
6
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
7
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
8
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
9
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
10
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
11
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
12
|
(belum
diukur)
|
(belum
dihitung)
|
|
Rata rata
|
-
|
-
|
3). Tanaman Jagung Tanggal 13 September
2013
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
6,5
|
4
|
2 pohon
|
2
|
5,5
|
4
|
2 pohon
|
3
|
3,75
|
3
|
2 pohon
|
4
|
3,5
|
4
|
2 pohon
|
5
|
5
|
4
|
2 pohon
|
6
|
4,75
|
4
|
2 pohon
|
7
|
2
|
3
|
1 pohon
|
8
|
3,75
|
3,5
|
2 pohon
|
9
|
2
|
2
|
1 pohon
|
10
|
1
|
2
|
2 pohon
|
11
|
3
|
3
|
2 pohon
|
12
|
1,5
|
3
|
1 pohon
|
Rata rata
|
3,52
|
3,29
|
1,75/(2)
pohon
|
4). Tanaman
Jagung Tanggal 16 September 2013
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
9,75
|
5
|
2 pohon
|
2
|
9
|
5,5
|
2 pohon
|
3
|
7
|
4
|
2 pohon
|
4
|
8,5
|
5,5
|
2 pohon
|
5
|
2
|
6
|
2 pohon
|
6
|
10,25
|
6
|
2 pohon
|
7
|
4
|
4
|
1 pohon
|
8
|
9,35
|
6,5
|
2 pohon
|
9
|
4,9
|
4
|
1 pohon
|
10
|
5,25
|
3,5
|
2 pohon
|
11
|
7,1
|
3,5
|
2 pohon
|
12
|
5,9
|
4
|
1 pohon
|
Rata rata
|
6,9
|
4,8
|
1,75 / 2
pohon
|
5). Tanaman
Jagung Tanggal 19 September 2013
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
16,75
|
6
|
2 pohon
|
2
|
17,5
|
5,5
|
2 pohon
|
3
|
11
|
4
|
2 pohon
|
4
|
12
|
5,5
|
2 pohon
|
5
|
9,5
|
6,5
|
2 pohon
|
6
|
15,5
|
7,5
|
2 pohon
|
7
|
7,7
|
6
|
1 pohon
|
8
|
17,5
|
7,5
|
2 pohon
|
9
|
6,9
|
5
|
1 pohon
|
10
|
9,5
|
5
|
2 pohon
|
11
|
12,4
|
6,5
|
2 pohon
|
12
|
11
|
7
|
1 pohon
|
Rata rata
|
12,27
|
6
|
1,75 / 2
pohon
|
6). Tanaman
Jagung Tanggal 22 September 2013
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
27
|
8
|
2 pohon
|
2
|
25,5
|
9
|
2 pohon
|
3
|
18,5
|
7
|
2 pohon
|
4
|
18
|
6,5
|
2 pohon
|
5
|
29,5
|
9
|
2 pohon
|
6
|
27,5
|
9,5
|
2 pohon
|
7
|
14
|
7
|
1 pohon
|
8
|
26
|
9
|
2 pohon
|
9
|
14
|
6
|
1 pohon
|
10
|
18,5
|
7,5
|
2 pohon
|
11
|
21,5
|
6,5
|
2 pohon
|
12
|
18
|
8
|
1 pohon
|
Rata rata
|
21,5
|
7,75
|
1,75 / 2
pohon
|
7). Tanaman
Jagung Tanggal 25 September 2013
No Sampel
|
Tinggi
Tanaman Jagung (cm)
|
Jumlah
Daun
|
Keterangan
|
1
|
44
|
10
|
2 pohon
|
2
|
40
|
8,5
|
2 pohon
|
3
|
32,5
|
8
|
2 pohon
|
4
|
31,5
|
8
|
2 pohon
|
5
|
52
|
9
|
2 pohon
|
6
|
50
|
10
|
2 pohon
|
7
|
25
|
9
|
1 pohon
|
8
|
36,5
|
8
|
2 pohon
|
9
|
22
|
7
|
1 pohon
|
10
|
28
|
7
|
2 pohon
|
11
|
35
|
7,5
|
2 pohon
|
12
|
31
|
10
|
1 pohon
|
Rata rata
|
33,54
|
8,5
|
1,75 / 2 pohon
|
8). Tanaman Jagung Tanggal 25 Oktober
2012
No Sampel
|
Tinggi Tanaman Jagung
|
Jumlah Daun
|
Keterangan
|
1
|
90
|
10,5
|
2 pohon
|
2
|
73
|
9
|
2 pohon
|
3
|
57,5
|
10,5
|
2 pohon
|
4
|
56,5
|
9
|
2 pohon
|
5
|
98
|
10
|
2 pohon
|
6
|
95,5
|
10
|
2 pohon
|
7
|
43
|
11
|
1 pohon
|
8
|
85
|
11,5
|
2 pohon
|
9
|
34
|
10
|
1 pohon
|
10
|
47,5
|
9,5
|
2 pohon
|
11
|
62,5
|
9
|
2 pohon
|
12
|
54
|
11
|
1 pohon
|
Rata rata
|
66,375
|
10,08
|
1,75 / 2
pohon
|
B. Pembahasan
Beberapa factor yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan diantara keempat
tubuhan tersebut yaitu :1. Faktor Cahaya :
Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil. Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, pada proses perkecambahan yang diletakkan di tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi dimana kacang hijau tumbuh lebih panjang namun tidak subur pertumbuhannya.
2. Faktor Suhu :
Suhu yang cukup (suhu ruangan) dapat mengoptimalkan kerja hormon-hormon tumbuhan karena kerja enzim/hormon (faktor internal) tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Semakin panas atau dingin suhu ruangan maka hormon tumbuhan 마무 semakin tidak bekerja.
3. Faktor Air dan Nutrisi :
Air sangat diperlukan oleh tumbuhan sebagai media terjadinya reaksi kimia, dan tanaman hijau yang kekurangan air lambat laun akan layu. Rupanya dalam percobaan, detergen tidak hanya memberi air sebagai media reaksi kimia namun juga memberi nutrisi karena mengandung Asam Nitrat dan Natrium Trifosfat yang juga ada dalam kandungan pupuk untuk menyuburkan tanaman.
Kesimpulan
Dalam pertumbuhannya, tanaman selain memerlukan faktor-faktor internal untuk tumbuh juga membutuhkan faktor eksternal berupa kecukupan suhu, air, cahaya dan tentunya nutrisi (hal ini telah dibuktikan pada percobaan detergen, dimana tanaman akan lebih subur bila diberi detergen yang selain mengandung air, juga mengandung zat makronutrien) . Bila ada ketidakseimbangan dalam salah satu faktor tersebut, tanaman tidak akan mencapai pertumbuhan yang optimal.
Dokumentasi
Comments