TIPS MENGGUNAKAN TENSI METER DENGAN BENAR

  PictureUnyil saja bisa pakai tensi meter
Hipertensi… Siapa sih yang tidak mengetahui hipertensi atau tekanan darah tinggi?  Sepertinya hampir semua orang mengenal penyakit yang satu ini, bahkan sepertinya semua orang kenal minimal satu orang yang menderita hipertensi, atau malah dirinya sendiri adalah seorang penderita hipertensi.  Begitu umumnya hipertensi sehingga menjadi kelompok penyakit metabolisme yang paling banyak diderita orang di dunia termasuk di Indonesia dan menjadi masalah kesehatan terpenting di negara-negara maju dan kota-kota besar di seluruh dunia. Yang jelas penanganan penyakit hipertensi merupakan suatu upaya long life treatment atau penanganan seumur hidup.

Hipertensi pada dasarnya adalah kenaikan tekanan darah arterial yang seringnya tanpa bergejala.  Kalau pun menimbulkan gejala, biasanya juga sering diabaikan, karena merasa bukan suatu yang harus diberi perhatian khusus. Gejala yang amat umum sebagai gejala awal suatu hipertensi adalah seseorang sering merasa sakit di bagian belakang kepalanya dan bagian tengkuk saat ia terbangun dari tidur di pagi hari.

Namun sesungguhnya hipertensi merupakan penyakit yang amat sangat mudah untuk dideteksi yaitu dengan hanya mengukur tekanan darah, sehingga harusnya menjadi mudah ditangani.  Masalahnya, karena tidak bergejala tadi seseorang menjadi tidak sadar dan luput memeriksakan tekanan darahnya sehingga sering menimbulkan komplikasi yang mematikan karena terlambat ditangani atau  malah tidak tertangani sama sekali.  Untuk mengetahui lebih dalam tentang hipertensi, silakan click di sini.

Bila diperiksa menggunakan tensi meter atau sphygmomanometer, maka hasil yang didapatkan adalah 2 angka yang merupakan tekanan systolic dan tekanan diastolic.  Tekanan systolic merupakan tekanan darah saat keluar dari jantung yang sering dikatakan sebagai tekanan atas, sementara diastolic adalah tekanan darah saat kembali ke jantung yang sering dikatakan sebagai tekanan bawah.  Kedua angka ini memiliki satuan tekanan fluida dalam satu sistem saluran yang dapat menggunakan dua satuan yaitu mmHg (millimeter Hg / atau millimeter air raksa) dan KPa atau Kilo Pascal.

Walau pun salah satu satuan dari tekanan fluida dalam satu sistem saluran, seperti halnya tekanan darah di dalam sistem peredaran darah manusia adalah mmHg, bukan berarti setiap manometer atau alat ukurnya harus menggunakan air raksa atau mercury.  Ini hanya sebuah satuan yang dalam sejarahnya dulu dipakai manometer mercury.  Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, lahir lah manometer berbentuk jarum atau dikenal dengan nama gauge yang merupakan tipe aneroid, dan manometer berbentuk LCD yang merupakan tipe digital.  Apa pun manometer-nya, selama ada dalam akurasi ± 3 mmHg, yang diuji pada enam titik tekanan yang berbeda, maka manometer tersebut sudah akurat.  Ini sesuai dengan standar Uni Eropa (EN 1060-1/2) dan standar Amerika Serikat (AAMI ANSI).
Picture
Contoh Tensi Meter dengan Manometer Aneroid
Picture
Contoh Tensi Meter dengan Manometer Digital
Sebaliknya walau pun sebuah tensi meter memakai manometer mercury atau air raksa, belum tentu selalu akurat karena akan selalu kembali lagi kepada akurasi seperti di atas.  Yang sebenarnya terjadi adalah setiap satu tensi meter sudah dipakai pada siklus 10.000 kali (yang lagi-lagi sesuai dengan dua standar di atas), tensi meter tersebut harus dikalibarsi ulang; walau pun untuk tensi meter yang menggunakan manometer air raksa.  Karena bila sudah dipakai siklus 10.000 kali pengukuran, jumlah air raksa yang terdapat dalam tabung penampungannya akan sedikit berkurang yang membuat angka yang ditunjukkan menjadi tidak akurat.  Lebih jauh lagi, air raksa yang berkurang tersebut sesungguhnya terlepas ke udara dan membahayakan tenaga medis, pasien, dan bahkan lingkungan.  Ini lah sebabnya mengapa di tahun 2017 nanti, WHO akan mengupayakan setidaknya 70% sentra pelayanan kesehatan di seluruh dunia sudah tidak menggunakan mercury lagi, di mana tensi meter termasuk di dalam program WHO tersebut menjadi alat yang juga akan dihilangkan.  Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bahaya mercury, silakan click di sini.

Sekarang kita sudah memahami bahwa ternyata semua jenis manometer yang terdapat pada tensi meter akurat selama dapat memenuhi standar kriteria akurasinya. Tapi tingkat akurasi alat ukur bukan satu-satunya faktor yang menentukan sebuah pengukuran tensi seseorang itu sudah benar dan memberikan hasil sebenarnya dari kondisi tekanan darah orang tersebut.  Ada hal-hal lain yang harus diperhatikan agar hasilnya tepat.  Akan dijelaskan di bawah Rule of Thumb atau syarat utama yang harus diperhatikan dalam memeriksa tekanan darah (apa pun jenis tensi meternya).
  1. Pasien yang akan diperiksa harus sudah beristirahat dan dalam kondisi rileks dan santai 15 menit sebelum pemeriksaan.  Jadi yang bersangkutan harus duduk beristirahat, menenangkan diri dalam waktu 15 menit sebelum pemeriksaan dilakukan.
  2. Semua aktivitas yang dapat mempengaruhi tekanan darah harus dihindarkan setidaknya 30 menit sebelum pemeriksaan.  Aktivitas yang termasuk di sini adalah: olah raga, makan, minum alkohol dan merokok.
  3. Pemeriksaan harus dilakukan dalam kondisi yang tenang dan tidak berisik. Apa lagi saat pemeriksa harus menggunakan stethoscope saat pemeriksaan (saat menggunakan tensi meter manual).  Ini dimaksudkan agar bunyi yang harus didengar pemeriksa terdengar jelas dan tidak terganggu dengan suara-suara lain seperti suara kendaraan, suara mesin, dll.

Selain Rule of Thumb di atas, ada lagi yang diperhatikan yaitu cara pemeriksaannya sendiri. Banyak orang yang merasa bisa menggunakan tensi meter (bahkan dokter dan perawat sekali pun), tapi sering mereka melupakan dan melewati hal-hal penting sehingga membuat sebuah pengukuran menjadi tidak tepat.  Akan dijelaskan di bawah yang harus diperhatikan saat menggunakan tensi meter baik manual mau pun automatis.

Cara menggunakan Sphygmomanometer manual yang benar:
  1. Yakinkan semua sisa udara yang masih terdapat di dalam bladder pada manset sisa pemeriksaan sebelumnya, sudah habis dikeluarkan dengan cara menekan-nekannya. Bila masih ada sisa udara, maka hasil yang didapatkan nanti akan menjadi kurang tepat.
  2. Lilitkan manset pada lengan atas dengan menggunakan manset yang sesuai dengan ukuran lingkar lengan atas pasien.  Tensi meter yang bermutu tinggi, akan memiliki acuan atau petunjuk arm circumference ini pada mansetnya yang dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat apa kah manset yang digunakan sudah tepat atau harus diganti dengan yang lebih besar atau lebih kecil.  Manset memiliki 6 ukuran yaitu: paha, dewasa besar, dewasa, anak-anak, bayi, dan neonatus.  Bila salah menggunakan manset, maka hasil yang didapatkan nanti bisa menjadi sangat salah.
  3. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikan artery marking atau garis tanda arteri, yang dicetak pada manset.  Garis tanda arteri ini harus diletakkan pada vossa cubiti atau lipat dalam siku saat pemasangan manset.
  4. Kunci air valve atau katup udara dengan kencang.
  5. Letakkan chest piece dari stethoscope proximal dari vossa cubiti (biasanya sedikit dibawah manset).
  6. Pompa bulb sampai dengan nadi yang ada pada distal dari pemasangan manset (bila di lengan biasanya vena radialis yang diperiksa) sudah tidak teraba lagi, pertanda tekanan sudah melewati tekanan systolic dari pasien.
  7. Lepaskan tekanan dengan memutar air valve berlawanan arah dengan jarum jam dengan kecepatan ± 5 mmHg per detik.  Jangan terlalu cepat melepaskannya, karena degupan awal pertanda tekanan systolic pasien akan terlewat atau tidak terdengar sehingga pembacaan tekanan pasien terbaca lebih rendah dari sebenarnya.
  8. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5 mmHg.  Jangan membulatkan ke puluhan terdekat, tapi bulatkanlah ke kelipatan 5 terdekat.

Cara menggunakan Sphygmomanometer automatis / digital yang benar:
  1. Seperti pada tipe manual, juga harus dipastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam bladder pada manset.  Kecuali untuk tipe advance yang memiliki sistem menguras udara residu pemeriksaan sebelumnya.
  2. Juga seperti tipe manual, ukuran manset juga harus sesuai dengan pemasangan yang benar. Walau pun tipe automatis/digital bila manset yang digunakan tidak tepat, maka hasil pengukurannya pun akan tidak tepat.
  3. Bila memakai model sphygmomanometer digital yang wrist (model di pergelangan tangan), gunakanlah pergelangan tangan kiri, kecuali karena ada kondisi yang tidak memungkinkannya.  Mengapa harus tangan kiri? Model wrist ini sangat sensitif sehingga lebih baik menggunakan tangan yang paling dekat dengan jantung.  Jangan lupa juga untuk melepaskan jam tangan dan gelang. 
  4. Posisi pemasangan manset (tipe apa pun juga) harus memperhatikan artery marking (penanda posisi arteri) yang ada pada manset.
  5. Sebelum menekan tombolnya, pastikan tingginya manset sama dengan jantung, sehingga disarankan diperiksa dalam keadaan duduk. Bila memakai model wrist, tempelkan pergelangan tangan yang diperiksa ke dada.
  6. Tekan tombol pemompa, dan tunggulah dengan sabar sampai alat benar-benar berhenti bekerja.  Jangan bergerak, jangan bicara, dan jangan banyak bergoyang saat pemeriksaan; karena tensi meter digital terutama model wrist sangat sensitif, sehingga getaran kecil dapat membuat salah pembacaan.
  7. Baca hasilnya pada layar dan jangan dibulatkan. Angka yang ditunjukkan merupakan angka yang biasanya sampai ke 1-an mmHg.
  8. Bila akan dilakukan pemeriksaan kedua, berilah jarak interval setidaknya 5 menit untuk memberikan sistem peredaran darah kembali normal setelah tertekan saat pengukuran sebelumnya.  Kemudian ulangi proses dengan cara yang sama.

Hal terakhir yang harus juga selalu  mendapatkan perhatian adalah perawatan terhadap alat sphygmomanometer-nya sendiri.  Seperti alat-alat ukur lainnya, sphygmomanometer harus dirawat, dipakai, dan simpan dengan baik.  Cara pemeriksaan sudah benar, apa bila alatnya tidak dalam kondisi baik, hasil pemeriksaan tekanan darah pun menjadi tidak tepat.  Berikut yang harus diperhatikan:
  1. Hindari suhu dan kelembaban yang tinggi baik pada saat penggunaan atau pun saat penyimpanan, apa pun jenis tensi meternya.  Suhu dan kelembaban tinggi akan lebih cepat merusak alat.
  2. Hindari dari kontak dengan zat-zat kimia. Di rumah sakit banyak zat kimia yang dapat merusak alat.
  3. Hindari dari benda-benda tajam yang juga dapat merusak alat.
  4. Jagalah agar manometer (tabung mercury, gauge, atau LCD) dari benturan benda keras.
  5. Jangan mengisi bladder dengan udara dan pastikan bladder pada manset sekosong-kosongnya pada saat penyimpanan.
  6. Jangan lupa mengunci tuas pada mercury flask (tabung penyimpanan air raksa) pada saat sphygmomanometer mercury akan disimpan. Bila sering lupa, maka akan mengakibatkan kebocoran atau residu mercury pada tabung kaca manometer.  Sudah pasti bila terjadi demikian tensi meter tersebut sudah tidak akurat lagi.

Demikian lah hal-hal yang perlu diketahui mengenai sphygmomanometer dan cara pengukuran tekanan darah yang baik dan benar. Sehingga siapa pun yang memeriksa (apakah seorang professional seperti dokter atau perawat, atau untuk penggunaan sendiri di rumah), dengan memakai tensi meter jenis apa pun (apakah mercury, aneroid, atau pun digital), apa bila menuruti syarat-syarat dan cara-cara di atas, maka hasil pengukuran yang didapatkan dapat menjadi akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.


Comments

Popular posts from this blog

KUADRAN DAN REGIO ABDOMEN

LAPORAN FISIKA PERCOBAAN PENGUKURAN KONSTANTA PEGAS

LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN JAGUNG